Cerita Tenun Sarung Ulos Tarutung

Suku Batak

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Nama Batak merupakan sebuah panggilan kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Toba, Karo, Pakpak, Simalungun, Angkola, dan Mandailing. Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Namun sering sekali orang menganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba padahal Batak tidak diwakili oleh suku Toba. Sehingga budaya dan bahasa Batak terbagi dalam budaya dan bahasa Toba, Karo, Simalungun dan suku-suku lain yang serumpun.



Tarutung
Kota Tarutung adalah kota kecamatan yang merupakan ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kota Tarutung merupakan Kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil di Kabupaten Tapanuli Utara tetapi memiliki kepadatan tertinggi di Kabupaten tersebut. Tarutung juga dikenal sebagai kota wisata rohani di mana di kota tersebut berdiri bangunan salib megah yang dinamai Salib Kasih. Bangunan tersebut didirikan untuk mengenang peristiwa penyebaran agama Kristen di tanah Batak yang dirintis oleh Misionaris asal Jerman, yaitu Dr. I.L. Nommennsen. 

Selain sebagai kota wisata, ternyata kota Tarutung juga memiliki berbagai potensi budaya yang dapat dikembangkan, seperti sedum Tarutung yang dapat dikatakan telah menjadi trend busana baru. Dengan dukungan, minat dan penghargaan dari masyarakat Indonesia, bukan tidak mungkin budaya lokal Tarutung dapat diminati juga bahkan di tingkat internasional. 


KUNJUNGI TOKO KAMI UNTUK HARGA TERBAIK, LEBIH MURAH DARI TOKO ONLINE LAIN, BAHKAN LEBIH MURAH DARIPADA BELI DARI MEDAN!!!!!

RESELLER WELCOME!


Tenun Tarutung
Tenun Tarutung merupakan salah satu jenis tenun tradisional lokal Sumetera Utara yang paling diminati dan paling populer, serta jenis tenun ini merupakan salah satu yang paling rumit dalam pembuatannya. Umumnya, Orang-orang yang datang ke Tarutung mempunyai beberapa sebutan untuk jenis tenun ini, seperti songket tarutung, mandar tarutung, atau sarung tarutung. beberapa motif yang cukup diminati adalah motif tumtuman, pucca / puca tabur, dan piala. 

Saat ini, tenun Tarutung tidak hanya ramai digunakan dalam kegiatan adat batak, tetapi juga dalam berbagai acara pesta kalangan atas di Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa kualitas hasil pengrajin dan penenun Tarutung yang tidak main-main, tidak mudah diduplikasi serta memerlukan ketelatenan yang tinggi. Seorang pengrajin bahkan memerlukan waktu kurang lebih 1 bulan untuk menyelesaikan satu sarung Tarutung. Para pengrajin juga menjaga proses pengerjaan tetap tradisional secara turun-temurun dan tidak terburu-buru dalam penyelesaiannya untuk tetap menjaga kualitas hasil pengerjaannya. Dengan memakai tenun Tarutung yang dikerjakan secara "handmade", terdapat pesan yang lebih dalam dari sekedar memakai pakaian khas nusantara sebagai salah satu mode fashion. Tenun tangan tarutung merupakan bentuk kepedulian dan upaya dalam melestarikan budaya asli Indonesia agar tetap hidup. Hal ini lah yang membuat harga tenun asli tangan memilki nilai seni yang tinggi dan mewah, lebih dari sekedar buatan pabrik yang tanpa nilai filosofi kearifan lokal bahkan cenderung mematikan kesenian dan pengrajin tradisional lokal.

Para pengrajin umumnya adalah ibu rumah tangga di kawasan Tapanuli Utara. Alat-alat yang digunakan masih tradisional, dan proses penenunan biasa dilakukan di rumah pengrajin masing-masing di siang hari. Mereka sibuk menggerak-gerakan bilah-bilah lidi dengan terminologi yang berbeda seperti Hapulotan, Hatulungan, ataupun Pargiunan. Hapulotan digunakan untuk mengatur benang tenun agar tidak simpang siur, sedangkan hatulungan digunakan untuk mengatur pola dan baris-baris benang. 




Motif dan Variasi
Dengan banyaknya permintaan dan selera masyarakat yang berbeda-beda, para pengrajin memilki berbagai pilihan yang biasanya ditawarkan untuk pembeli. Dari jenis benang, pilihan terbaik adalah  dengan menggunakan jenis benang 100. Tenun dengan menggunakan benang 100 memiliki warna yang lebih cerah dan berkilat lebih indah. Terminologi lokal yang digunakan untuk menunjukkan berkilat-kilat indah ini sering disebut motif “siang-malam”. Jika pembeli merasa benang 100 terlalu mahal, maka jenis benang dengan kualitas dibawahnya adalah benang bekanbaru/pekanbaru. Meskipun harga benang yang lebih murah sehingga biaya pembuatan menjadi lebih murah juga, Pengrajin jarang memproduksi kain tenun siap beli dengan menggunakan benang jenis ini karena kualitasnya dibawah benang 100 dan pembeli cenderung jauh-jauh pergi ke Tarutung untuk memperoleh jenis yang terbaik. Karena itu, biasanya penenunan dengan menggunakan benang pekanbaru akan dilakukan jika pembeli bersedia pre-order kemudian dikirim ke alamat pembeli.

Berdasarkan kerumitan, pengrajin di Tarutung juga memiliki berbagai variasi jenis motif yang digunakan. Jika pembeli ingin motif yang lebih sederhana dan lebih murah, maka motif semi tumtuman atau puca tabor bisa dipilih karena motifnya yang lebih jarang. Untuk motif yang lebih istimewa, pembeli dapat memilih model tumtuman dan tumtuman penuh/full yang bisa membuat selisih harga hingga lebih dari 2 juta rupiah. Hal ini menunjukkan kerumitan dalam pembuatan untuk setiap sentimeter sarung tersebut.


Tentu anda sudah dapat menebak pada kedua gambar diatas, mana yang merupakan motif semi-tumtuman, dan mana yang termasuk motif tumtuman penuh “siang-malam”.
.





Comments

Popular posts from this blog

Invasion Profile: Transition Zone

Mud Invasion Profile

Petroleum Production System